Jaranan dan Digital Society

17.46



Bicara potensi Banyuwangi, kita tidak akan kehabisan kata. Kabupaten yang dikenal sebagai Sunrise of Java memiliki banyak potensi di segala bidang. Termasuk bidang kesenian seperti Jaranan. Dewasa ini jarang sekali pertunjukan jaranan di gelar di khalayak umum. Pergeseran minat masyarakat menjadi bomerang tersendiri bagi kesenian daerah ini.
Jaranan adalah kesenian dimana seseorang menari mengikuti alunan gendang, terompet, dan diiringi sinden serta pencerita lakon. Yang khas dari jaranan adalah para penarinya menggunakan kostum lengkap dengan make up tebal, terkadang menggunakan topeng Buto. Penggemar utama ialah anak – anak. Namun dengan adanya era DigitalSociety, anak – anak lebih suka bermain game online ketimbang melihat Jaranan. Alhasil kesenian ini semakin jarang ditemui karena minimnya peminat.
Memasuki era Digital Society, diharapkan kesenian jaranan tidak mundur. Melalui gerakan I love Banyuwangi, sudah seharusnya masyarakat kembali melirik kesenian Jaranan. Setidaknya publikasi melalui website, posting di youtube, bahkan dibuat dalam bentuk kaset adalah opsi kecil yang bisa dipilih. Selain itu adanya penghargaan kepada pemilik kesenian jaranan diperlukan agar kesenian jaranan tidak ditinggalkan karena alasan finansial. Sangat disayangkan jika generasi yang akan datang tidak melihat kesenian jaranan.
Dalam era DigitalSociety, bukan berarti kita meninggalkan kesenian daerah kemudian beralih ke modernitas. Namun kita harus memanfaatkan era ini untuk melestarikan budaya. Keduanya bisa berjalan seimbang bila kita tahu dan bangga akan warisan yang kita miliki. Maka dari itu, mari wujudkan I love Banyuwangi di segala bidang, khususnya budaya agar kesenian jaranan dan kesenian lainnya tidak hilang ditelan jaman..

You Might Also Like

0 komentar

Like us on Facebook

Flickr Images

fmaulidaa @Instagram

Subscribe