Malam Bertabur Bintang On Ijen Creater

23.55


Tahun baru islam yang tidak terlupakan. Semalam daki ijen demi lihat blue fire. Yang ikut ceweknya aku, Qorin, Nikki, Ambar, dan Regie. Sedangkan cowoknya banyak banget. Ada Lukman, Dimas, Fajar, Gusman, Widy, Yosi, Rendra, dan Igoh. Berangkat dari bawah jam 8.30 malem. Nyampek patulding jam 9.30.

Begitu nyampek, langsung dah cap cus naik. Karena siangnya sama sekali nggak istirahat #dan acara ini mendadak, selama perjalanan badanku nggak sehat. Alias jalannya lelet banget kayak nggak punya tenaga. Untung aja para cowok bener - bener jaga para cewek. Di depan ada Lukman sebagai pembuka jalan, terus di belakang ada Yosi, Igoh, dan Dimas yang jaga. Daki ijen malem itu horor banget. Sempet senter aku nyangkut sesuatu di samping pohon, kaya Pocong gitu. Suer dah aku langsung malingin muka sambil do'a dalam hati, nggak berani ngelirik lagi. Tapi aku nggak bilang arek - arek. Sialnya, temen - temen malah istirahat di samping pohon itu tadi. Hawa dingin yang awalnya biasa aja, langsung beda pas istirahat di situ. Lebih dingin dan menggigil, Aku ngelirik Dimas. Kayaknya cowok satu itu komat - kamit berdo'a. Melihat Dimas gitu, aku bertekad buat tanya ke dia entar kalo udah istirahat di puncak. Dan dia bilang apa? katanya emang tempat itu tadi nggak beres.

Oke lupain horornya deh ya. Semalam itu seru banget. Setelah tiga perempat jalan, sekitar jam 11 kita nyampek di tempat penimbangan belerang. Semua anak udah tepar. Akhirnya diputuskan istirahat dulu disana selama satu jam dan ada yang jaga selama yang lainnya tidur. Bagi yang dianugerahi pola tidur bagus, alias bisa langusng tidur tanpa mikirin berisik, surga dunia banget lah. Nah tentu aja itu nggak berlaku buat aku. Bukannya tidur aku malam ngakak terus lihat tingkah anak - anak bercanda. Di bangku panjang. Aku lama menatap bintang. Sumpah indah banget. Nggak ada penghalang untuk melihat.

Pak... Buk... aku bersyukur hidup sebagai anak kalian. Di bawah bintang ini, aku mengerti, hidup nggak sekedar menuntut dan mengeluh. Bukankah aku harus melakukan yang terbaik?
Pak ... Buk ... aku ingin kalian mengerti. Aku nggak ingin kalian terus seperti itu. Tak taukah kalian bagaimana perasaanku? Aku terganggu. Aku hanya ingin mendengar kabar menyenangkan dari kalian. Salahkah? Egoiskah?

Nggak sampai satu jam istrihat, tiba - tiba angin datang. Sueeeeer dingin banget. Berasa hipotermia. Langsung dah diputuskan jalan lagi biar nggak kedinginan.

Setelah melewati semua halangan dan rintangan, akhirnya kita sampai di puncak #YEEEEEEEEEEEEAAAAAAAAAY. Langsung kita menuju titik dimana bisa lihat Blue Fire. Dan kamu tau nggak? setelah capek jalan, bayaran lunas setelah lihat Blue Fire. Subhanallah banget dah.

Lihat Blue Fire dari atas aku udah puas. Tapi enggak buat teman - temanku yang lain. Dari empat belas anak, cuma empat yang memilih nunggu di atas. Yaitu aku, Dimas, Gusman, dan Rendra. Kita mikirnya cari aman aja dah. Berabe kan kalo ada kecelakaan? Udah kelas 12 soalnya.

Nah, fase menunggu inilah yang paling menyiksa. Anginnya kenceng banget. Cepat kita berempat nyari tempat buat tidur dan aman dari angin. Selama satu jam aku nunggu mereka bersepuluh balik lagi. Badan udah berasa beku. Nggak bisa tidur! Apalagi celanaku basah kena air minum. Lengkap deh gimana dinginnya. Enak Gusman udah tidur duluan, sementara aku dan Dimas merutuki diri karena bego nggak bawa sarung tangan atau dobelan jaket. Sementara Rendra cuma diam aja berusaha tidur.

Bintang, rasanya bersyukur banget sekolah di SMAN 1 Glagah, nggak di SMAN 1 Genteng. Aku tau prestasiku turun, jauh banget saat SMP dulu. Aku bersyukur bisa berkembang, bisa mengenal teman - teman baru dengan kebaikan dan kepedulian mereka. Aku senang berada di sini, meski aku malu untuk membuka diri pada mereka. Tapi aku tau bintang, akhirnya aku tau rencana Allah itu memang indah. Sama seperti keindahanmu malam ini. Meski aku nggak lihat bintang jatuh, nggak papa. Aku udah bahagia bisa ditempat itu bersama mereka. Temen - temen SMANSA '12 dan Kedubes Pamali <3

Pulangnya, semua udah kelelahan dan yosi hidungnya meler terus, hahaha. Kami semua udah nggak sabar turun. Dan nyampek di penimbangan belerang, semua gelar tikar dan cowoknya buat api unggun. Sialnya, sekali lagi aku nggak kebagian tempat deket api #fase hipotermia dimulai lagi u,u . Semua anak, nggak perduli cowok - cewek ambil tempat buat tidur. Aku tentu aja nggak bisa tidur. Tapi seenggaknya aku udah istirahat. 

Dimas, makasih ya udah jagain aku ... makasih banyak  :)

Sekitar satu jam nggak ada suara, sampek akhirnya jam 4 semua kompak bangun karena nggak kuat dingin. Api nggak ada, selimut nggak bawa, dan suara angin kenceng banget. Lucu banget kalo diinget semalem. Saking dinginnya semua badan gemetaran. Kalo gigi nggak gemeretak, ya gantinya kaki. Hehehe. Semua langsung gerakin anggota badan biar dinginnya berkurang dan langsung turun ke bawah. Alhamdulillah 4.30 kita udah nyampek di bawah dan langsung cap cus pulang.

#Catatan ini di buat sebagai memoriam untuk tahun - tahun mendatang. Agar kita tidak lupa bahwa kita memiliki teman. Setidaknya kita tidak sendiri :)

You Might Also Like

0 komentar

Like us on Facebook

Flickr Images

fmaulidaa @Instagram

Subscribe