Tujuh Belas Tahun

06.16



Ceritanya sekarang aku kelas Dua SMA, kurang sebulan lagi untuk sweet seventeen. Sebuah umur yang bagi anak SMA itu sakral banget. Karena itu tandanya kita udah mulai dewasa *ditandai adanya KTP*. Nah, tujuh belas tahun adalah umur yang berat menurutku. Disatu sisi tujuh belas tahun adalah gerbang menuju dewasa, gerbang menuju masyarakat, dan kunci utama untuk membuktikan aku pantas ada di tengah mereka atau enggak.
            Tujuh belas tahun, aku dulunya berfikir itu adalah umur paling keren. Tapi di umur tujuh belas itu aku mulai dipaksa untuk “Hebat”. Aku mulai dipaksa berfikir dewasa. Kuliah, manajemen keuangan, prestasi yang bagus. Hey, aku capek!!! Ada kalanya aku ingin mimpiku yang kalian dengar. Memang untuk saat ini aku belum bisa menjadi diri sendiri, tapi kapan? Apa selamanya aku harus menjadi orang lain? Apa selamanya aku harus berusaha membahagiakan orang lain? Giliranku kapan?
            Oke, lupakan. Bapak bilang padaku, jadikan ini motivasi, bukan beban. Aku satu – satunya anak perempuan yang mereka punya, lengkap dengan “masalah finansial” yang harus kusyukuri ini. Hahahaha. Great banget? Kagak!!!
            Kuliah kurang satu tahun lagi. Dan tanpa nilai bagus, aku terancam gak sekolah, alias langsung kerja. OMG, *mending lupain masalah ini*. Aku harus jadi guru, padahal MIMPIKU bukan kesana!! Apa gunanya aku kerja di bidang sesuatu yang aku nggak suka? Memang masa depan terjamin, tapi kalo aku jadi guru, aku nggak bisa bayangin apa yang bakal terjadi pada murid – muridku *mungkin pada tidur semua, kayak aku klo lagi pelajaran -_-*. Well, oke itu kurang satu tahun lagi. Selama itu berjalan, semua bisa berubah. *AMIIIN
            Tujuh belas tahun, aku akan pergi ke Bali dan berkumpul bersama mereka *YEAAAY*. Rasanya nggak sabar nunggu moment istimewa itu. Pengen meluk plus nyium Dani, lihat Bapak sama Ibuk. Hmm ... tujuh belas tahun yang mungkin tidak mudah.
            Pertanyaan terbesarku, apa yang aku lakukan selama tujuh belas tahun untuk mereka? Sedangkan aku saja mengeluh kayak burung pipit cerewet. Harusnya aku bersykur lebih yaa. Hehehehe *toyor jidat*
            Dan masalah mimpi, aku nggak akan berhenti, meskipun hatiku harus patah untuk waktu yang tidak bisa kuhitung.
DREAM, BELIEVE, MAKE IT HAPPEN :D

You Might Also Like

0 komentar

Like us on Facebook

Flickr Images

fmaulidaa @Instagram

Subscribe