Clo, Mendung Yang Bersinar *Part 2 of 4

01.19


13 Januari 2010.
            Seorang gadis cantik bermata jernih tengah berjalan ke arahku. Selang berapa langkah dia sudah menghempaskan pantatnya di sampingku.
            “Halo, namaku Claudia Devata.” Gadis itu tersenyum lebar sembari mengulurkan tanganya. Aku tak kalah hangat menyambut senyumnya. “Aku Ayomi Meitasari.”
“Mulai hari ini kita sebangku. Bantu aku ya.” Claudia mendekatkan bibirnya ke pendengaranku. “Aku anaknya agak LOLA lho.”
“Hahaha.” Aku tertawa pendek. “Beres, semua bisa diatasi.”
“Panggil aku Clo.”
“Panggil aku yomi.” Kami melepaskan genggaman tangan masing - masing. Aku meliriknya sekilas. Bisa kurasakan hidupku akan berbeda mulai hari ini.
***
13 Januari 2011.
            “Hujaaaan, berhenti lariiii!!!” teriakan Claudia tak mampu menghentikan lariku. Hatiku meledak bahagia berhasil lolos dari cengkramannya, tapi ...
            “Yup kena!” Claudia menarik bajuku. Kontan aku tersentak mendadak. Kini wajahnya yang manis siap menerkamku. Aku meringis lebar. “Bu Macan, jangan mangsa saya.”
            Tuk, dia menjitak dahiku. “Siapa juga yang minat mangsa kamu.” Dia mengelap dahinya yang berkeringat. “Aku cuma seneng bisa ngalahin rekor kamu.”
            Aku mengelus dahiku yang sakit di jitak Claudia. “Bisa ngejar aku bangga?”
Claudia melepaskan genggamannya. Kemudian dia menghempaskan tubuhnya ke rumput. Tak berpikir panjang jika bajunya langsung kotor total. “Langitnya indah ya yom. Nggak ada mendung.” Desahnya sembari tersenyum.
Aku berbaring di sampingnya. “Sekarang kan musim kemarau, mustahil ada mendung.”
“Bisa aja lho, kalo Allah berkehendak.” Claudia tak mau kalah.
Aku tersenyum. “Itu mah udah beda urusan clo.”
“Yom ...”
“Apa?” aku menyahut asal.
“Janji ya yom, kamu nggak akan ninggalin aku apapun pilihanku? Kita sahabat kan yom?” Claudia meraih tanganku. Menggenggamnya erat.
“Pasti Clo.” Aku berusaha menatap matanya. “Kamu ini kenapa sih?”
“Nggak papa yom, nggak papa.” Ucap Claudia lirih ditemani senyum manisnya. Aku menatapanya tanpa kedip, berusaha mengerti maksud ucapannya. Entah mengapa, sejenak perasaan takut menyusup hatiku. Perasaan kehilangan.
***

You Might Also Like

0 komentar

Like us on Facebook

Flickr Images

fmaulidaa @Instagram

Subscribe