Kita Bertiga

05.52

Aku benar – benar penasaran apa yang akan terjadi diantara kita bertiga.

Kita hidup serba berlainan, padahal satu saudara. Kita tumbuh di lingkungan yang berbeda, dengan pola didik yang tentu tak sama. Kamu – Sulung, Aku – Tengah , dan dia – Bungsu, kita berjalan dengan kasih sayang yang tak seimbang. Kita hidup terpisah dengan rentang umur yang jauh. Kamu yang tumbuh bersama nenek, aku yang tumbuh sendirian, dan dia yang tumbuh bersama ayah ibu.

Jika kau ingin bertanya tentang aku, baik akan ku katakan bagaimana perasaanku. Sebagai seorang anak tengah, satu – satunya wanita, seseorang yang hidup sendirian, aku merasa tak baik.  Aku sering berdebat dan mengeluh betapa hidup ini tak adil. Aku ingin memutar waktu sehingga kita bertiga bisa hidup bersama, lengkap dengan gelak tawa penuh keakraban. Aku ingin kita berjalan seirama, saling mengerti satu sama lain, dan melindungi apapun yang terjadi.

Hingga aku akhirnya sadar, saat yang kuimpikan itu takkan pernah terjadi!

Waktu tidak bisa di putar, sebaliknya waktu yang mendewasakan. Menyadarkan bahwa mimpi atau apapun itu namanya tak seharusnya ku miliki. Langkah memaksaku terus berjalan, tak merelakanku lemah. Ada kalanya aku larut dalam masa lalu. Saat – saat kita kecil dahulu. Belari di tengah hujan, duduk di belakang kayuhan sepeda minimu, dan hanya berteriak kesal ketika kau curang main monopoli. Semua ingatan itu masih melekat dalam ingatanku. Juga marahmu ketika aku menghakimi atas hidup yang kau jalani. Seharusnya aku mengerti hidupmu juga sama sulitnya. Hidupmu, hidup kita, yang tak pernah bebas karena berada di tangan orang lain. Harusnya aku mengerti betapa tertekannya hidupmu di masa lalu. Nyaris, mirip, aku merasakan yang sama.

Karena itulah, aku berusaha yang terbaik untuk dekat dengan dia. Bungsu yang banyak kata sudah merasakan kurang beruntung. Dia yang tidak terlalu hebat akademis, namun aku tetap kagum dengan kemampuan dagangnya. Dia yang aku sayang, aku rindukan suaranya. Hubunganku denganmu sudah terlalu jauh, hingga aku tak ingin kehilangan dia.

Masa lalu kita sulit, begitu pun masa depan. Masing – masing dari kita telah mengupayakan yang terbaik dalam menjalani hidup. Kita semua tau, kita kurang kasih sayang, hingga akhirnya beberapa dari kita telah memutuskan hidup untuk siapa. Kau untuk temanmu, aku untuk ayah ibu, dan dia yang ku rasa juga untuk ayah ibu. Bila kau memutuskan menjauh dari kami, aku tak mampu mencegah. Semua kembali pada pilihan. Hanya yang seharusnya kau tau ...

Kami menyayangimu, dan kami berharap kau juga menyayangi kami.

Ya, Kamu – Muhammad  Yusron Fauzi, aku – Farah Maulida, dan dia – Isfahani Ramadani. Masing – masing dari kita memiliki jalan berbeda yang entah bagaimana akhirnya. Hanya saja, aku penasaran bagaimana cara kita bertemu di satu titik dan membuat pola indah untuk akhir hidup kita.




You Might Also Like

0 komentar

Like us on Facebook

Flickr Images

fmaulidaa @Instagram

Subscribe